Langsung ke konten utama

Seseorang yang Kutemui Pagi itu

Kebaikan memang seperti itu. Meski tidak tahu dari siapa, kebaikan tetap akan disebut dan dirasakan sebagai kebaikan, serta diingat sebagai kebaikan pula.
***
Terburu-buru. Ah, selalu saja terburu-buru. Termasuk pagi itu. Langit memang mendung kala itu, tapi waktu tidak serta merta melambat karenanya. Padahal, sebelum ke sekolah, saya ditugasi untuk mengambil seragam di konveksi di desa yang masih satu kecamatan dengan desa saya. Dan saya juga sudah pernah pergi ke sana. Tapi, penyakit akut saya kambuh : lupa jalan. Selalu. Dan pagi itu, akhirnya saya kesasar juga (seperti biasanya)
Tentang kesasar, saya punya banyak sekali cerita, lain kali akan saya tulis tentang kesasar-kesasar yang berulang-ulang. Hihi
Waktu sudah siang, jadi saya bermaksud bergegas untuk mengambil seragam. Saya pacu motor lebih cepat dari biasanya, sampai pada akhirnya saya menemui pertigaan jalan. Bingung deh. Lalu, karena kemarin pemilik konveksi bilang saya harus lurus terus, sayapun melakukannya. Mengambil jalan lurus. Tapi, kenapa jalannya beda? Saya justru sampai di jalan kecil yang diapit oleh sawah yang habis dipanen. 
Dan, saya selalu gemas (dengan diri saya sendiri) karena setiap saya sadar saya kesasar, saya selalu berpikir -siapa tahu ada jalan yang benar di depan-. Jadi, saya tidak putar balik, padahal sudah tahu kalau saya melewati jalan yang salah.
Setelah beberapa saat, saya memutuskan untuk berhenti saja, karena jalannya sudah terlalu aneh. Maksud saya, di depan sana, hanya ada semak belukar dan puluhan pohon karet. -Sampai mana sih saya ini?- 
Ditengah kebingungan saya, ada bapak-bapak menyapa saya. "Mau ke mana Mbak?" Saya jawab tempat tujuan saya, dan alhamdulillaah sekali, bapak itu menjawab "Ayo Mbak, saya antar."
Bahagia sekali saya saat itu, saya mengikuti Bapak itu putar balik, berbelok, meewati turunan dan tanjakan, dan sampaaaaiiiii. 
Sayangnya, saya hanya berterimakasih dari motor yang masih berjalan. Saya juga tidak tahu siapa nama Bapak itu, apalagi mengingat wajahnya. Ahhhh, kenapa tadi tidak bertanya? Dan Bapak itu meneruskan perjalanannya, sementara saya berbelok di gang kecil. Gang yang saya ingat sebagai jalan menuju tempat konveksi seragam yang harus saya ambil. 
Sekali lagi, terimakasih Bapak..
***
Kebaikan memang seperti itu. Meski tidak tahu dari siapa, kebaikan tetap akan disebut dan dirasakan sebagai kebaikan, serta diingat sebagai kebaikan pula. Semoga, Bapak itu mendapa kebaikan yang lebih baik daripada yang dilakukannya kepada saya, Aamiin.

Komentar